Satini dengan beberapa
teman perempuan sedang bermain salah satu permainan tradisional Sunda Manda, sementara
teman-teman laki-laki saling berlarian dan sesekali mengganggu permainan Satini.
Demikian salah satu gambaran keseharian anak-anak Grumbul Panyatan, Desa
Gunungwuled, Kecamatan Rembang, Purbalingga.
Panyatan, grumbul
terpencil di tengah hutan dengan segenap kisahnya, oleh anak-anak ekstrakulikuler
sinematografi SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga didokumenterkan. Produksi
dilakukan pada 16-18 Januari 2013 dengan jalan menginap di rumah warga.
“Produksi dokumenter
terbaru kami, menangkap realita kehidupan anak-anak dan warga Dusun Panyatan
dengan segenap kekurangan aksesnya. Pendidikan, jalan, listrik, air bersih dan
jamban,” ungkap Rizky Pangestu yang bertindak sebagai sutradara.
Anak-anak Panyatan harus
berjalan sekitar 2 kilometer melewati jalan terjal berbatu di tengah hutan
untuk sampai ke sekolah mereka. Sementara untuk belajar, beberapa anak hanya
menggunakan penerangan senthir berbahan bakar minyak tanah yang saat ini justru
susah dibeli.
Pada kenyataannya, tidak
ada anak muda yang mau tinggal di Grumbul Panyatan. Mereka semua hijrah ke kota
besar. Bagi kaum perempuan, pilihannya menikah muda atau turut merantau.
Menurut salah satu kru,
Cias Susi Astiti, hampir tiga bulan dia dan teman-teman ekskul sinema di hari
libur atau sepulang sekolah bolak-balik naik ke Panyatan untuk melakukan riset.
“Kami harus tinggal di rumah warga agar merasakan apa yang warga Panyatan
rasakan,” tutur siswi yang bertindak sebagai line produser.
Untuk memenuhi kebutuhan
air bersih, warga Panyatan harus menyalurkan berpuluh meter selang dari sumber
mata air yang berada jauh di atas bukit. Sementara kemiskinan dan kesadaran
warga ternyata belum menjadikan mereka memiliki jamban.
Guru Pembina ekskul
sinematografi SMAN 1 Rembang Purbalingga Deni Sunarto, S.Pd. mengatakan, proses
produksi film dokumenter ini sangat baik untuk perkembangan mental siswa. “Untuk
itu pihak sekolah sangat mendukung, baik secara pendanaan maupun proses kreatif
anak-anak itu sendiri,” ujar guru pengampu pelajaran Bahasa Inggris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar