23 Januari 2016

“Coblosan” Juara II FFPI 2015

Film “Coblosan” sutradara Putra Sanjaya produksi Kenari Production ekstrakurikuler sinematografi SMK Kutasari Purbalingga berhasil menjadi juara II Festival Film Pendek Indonesia (FFPI) 2015 kategori pelajar yang digelar Kompas TV. Sementara juara I disabet film “Surya The School Gangs” dari SMK Muhammadiyah 1 Temanggung.

Acara pemutaran dan penganugerahan festival yang memasuki tahun kedua ini diadakan pada Jumat sore, 22 Januari 2016 di Auditorium Galeri Indonesia Kaya (GIK), Grand Indonesia West Mall Lt. 8 Jakarta. Pada kesempatan itu, seluruh nomine diundang menjadi penyaksi.

Rina Hartati mewakili sutradara “Coblosan” usai menerima penghargaan mengatakan, rasa syukur dan bangga membawa nama baik sekolah dan pelajar Purbalingga. “Ini film pertama kami yang diproduksi awal tahun lalu. Semoga memberi semangat bagi kami untuk membuat film kembali di tahun ini,” jelas siswi kelas XI jurusan Akuntansi ini.

Film berdurasi sekitar sembilan menit ini bercerita tentang Somad dan Kadir yang menjadi pendukung setia calon kepala desa muda yang dinilai akan membawa perubahan. Namun, kedua petani itu terus dibayang-bayangi Pono, tim sukses calon kades incumbent dengan uang sogokan.

Apapun alasannya, Somad tidak mau mengkhianati kesetiaannya pada calon kades muda. Sementara Kadir, ragu menolak amplop dengan pemikiran bila sudah di bilik suara, tak ada seorang pun tahu pilihannya.

Menurut salah satu juri, Angga Dwimas Sasongko saat penganugerahan, menilai film “Coblosan” merupakan sebuah keberanian dari pelajar yang memunculkan ide tentang isu politik dalam filmnya. “Ini menarik, apalagi soal politik uang yang kental pada realita masyarakat kita,” ujar sutradara film “Cahaya Dari Timur: Beta Maluku” dan “Filosofi Kopi” ini.


Selain penghargaan ini, dalam catatannya, “Coblosan” pernah diganjar penghargaan Film Fiksi SMA Favorit Festival Film Purbalingga (FFP) 2015, Nominasi Jogja Film Academy Short Film Festival 2015, dan Harapan I Festival Film Puskat 2015.

16 Januari 2016

Video Iklan Antirokok Ramai di Medsos

Video berjudul “Menjadikan Rokok Bergizi” sedang ramai diperbincangkan di media sosial facebook. Baru dua hari sejak diunggah dengan menggunakan akun Clc Purbalingga pada 14 Januari 2016 pukul 17.10 sudah lebih dari 50 ribu tayangan (viewer).

Saat berita ini ditulis, video berupa iklan layanan masyarakat (ILM) antirokok ini sudah mencapai 72.014 tayangan, 916 penyuka, 199 komentar, dan 1.883 kali dibagikan. Setiap menit, tayangan, penyuka, komentar dan akun pembagi terus bertambah.

Pada video tersebut tertera bahwa video merupakan hasil Ujian Akhir Semester (UAS) V mata kuliah Teknik Sinematografi Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) tahun 2016.

Sutradara video berdurasi 1 menit 35 detik Timbang Viga Khoirunnisa mengatakan, ide cerita iklan layanan ini hasil dari ngobrol panjang dengan dosen mata kuliah. “Sebelumnya, beberapa ide dari kelompok kami ditolak karena selalu dianggap mainstream. Kemudian kami diajak berdiskusi untuk menghasilkan ide iklan antirokok yang menggigit,” jelasnya.

Iklan layanan berbahasa Banyumasan ini bercerita sebuah keluarga sederhana yang akan makan bersama. Bapak protes kepada ibu karena setiap hari hanya makan berlauk tahu dan sambal. Ibu pun tak mau kalah menjawab bahwa uang belanja yang diberikan bapak hanya cukup untuk membeli tahu dan cabai.

Kemudian bapak memberi Fitri (anak) beberapa lembar uang untuk membeli rokok di warung. Setelah Fitri pulang, bapak menagih rokok yang dibeli Fitri. Namun, apa yang dibeli Fitri lain dengan pesanan bapaknya.

Kebanyakan komentar dan akun pembagi menyebutkan Fitri salah satu karakter dalam video itu anak yang cerdas. Selain itu, netizen menulis ide iklan ini cerdas karena berbeda dari iklan-iklan antirokok yang pernah ada.


Menurut Direktur CLC Purbalingga Bowo Leksono, melahirkan ide cerita yang baik tak cukup dengan banyak menonton dan pengetahuan namun dibutuhkan pula banyak berdiskusi. “Video ini berhasil jadi pembicaraan, selain tema dan ide menarik dengan dialog bahasa Banyumasan, juga karena mampu mewakili kebanyakan netizen,” tutur dosen tamu di UMP ini.

26 Desember 2015

Diskusi Banyak Menyoroti Soal "Bagongan"



Kado buat Kota Tercinta Jilid 7

Ruang putar di Mabes CLC Purbalingga tak cukup menampung penonton, karenanya pembatas ruang pun dibuka agar penonton yang datang belakangan bisa menikmati persembahan Kado buat Kota Tercinta jilid 7 dari CLC.

Malam itu, Sabtu, 26 Desember 2015, CLC menggelar program tahunan yang kali ini memasuki tahun ketujuh. Program dalam rangka ulang tahun Purbalingga ke-185 ini mengangkat tema "Coreng-Moreng Pilkada".

Pada kesempatan itu, diputar sekaligus didiskusikan empat film dokumenter pendek berjudul, "Pilu KPU", "Bagongan?", "Runtuhnya Hegemoni Partai", dan "Kontra Panwas". Puluhan penonton tak hanya datang dari Purbalingga tapi juga dari kabupaten tetangga seperti Banyumas dan Cilacap.

Sementara penonton dari Purbalingga, tidak hanya dari pecinta sinema namun juga dari pihak KPU Purbalingga, pendukung pasangan Sugeng-Cipto, dan tim sukses Tasdi-Tiwi. Saat diskusi, peserta banyak yang menyoroti film "Bagongan?".

Divisi Sosialisasi KPU Purbalingga Mey Nurlela mengawali pernyataan terkait apakah Pilkada di Purbalingga ada calon boneka? Pihaknya tidak tahu seperti apa desain di luar. "Kami hanya tahu, ketika hari terakhir ada calon yang mendaftar, komplit secara administrasi, lalu kami verifikasi. Itu saja, diluar itu kami tidak tahu," jelasnya.

Sementara Marno Nino, koordinator relawan Gerakan Coblos Bagong (GCB), mengatakan target gerakannya membuat pasangan calon nomor 1 kocar-kacir. "Dan dengan perolehan suara yang hanya terpaut sembilan persen, kami merasa ada kemenangan secara moral. Meskipun pada waktu-waktu terakhir, kami menduga kembali ada permainan dilevel atas yang merugikan relawan," tegasnya.

Pada sesi diskusi, semua peserta menjadi narasumber. Siapapun boleh bertanya, menjawab pertanyaan, atau mengungkapkan pendapat. Bahkan membuka tabir yang hingga detik ini belum terungkap terkait Pilkada Purbalingga tahun 2015.

"Kami menerima berbagai masukan terkait konten film. Bila memungkinkan akan dilakukan pengeditan ulang. Karenanya, kompilasi film ini diharapkan ada pihak-pihak untuk memutar dan mendiskusikannya," ungkap Direktur CLC Bowo Leksono.

22 Desember 2015

CLC Gelar Kado buat Kota Tercinta Jilid 7



Hiruk-pikuk Pilkada serentak 2015 di Indonesia, salah satunya di Kabupaten Purbalingga, tak lepas dari tangkapan kamera CLC Purbalingga. Hingga tahapan penetapan calon bupati dan wakil bupati, terkemas empat judul film dokumenter pendek yang siap diputar dan didiskusikan.

Kompilasi film tersebut, seperti tahun-tahun sebelumnya, akan turut menyemarakan ulang tahun kota Purbalingga dengan program Kado buat Kota Tercinta jilid 7. Program kado rencananya digelar pada Sabtu, 26 Desember 2015 jam 19.30 di Mabes CLC Jl. Puring No. 7 Purbalingga.

"Selama hampir empat bulan, kami dibantu teman-teman pelajar turun ke lapangan mengikuti tahapan-tahapan Pilkada Purbalingga 2015. Berbagai fenomena Pilkada kami tangkap untuk kemudian masuk ke komputer editing, kami pilah menjadi film-film dokumenter pendek," tutur Direktur CLC Bowo Leksono.

Tahun ini, program yang memasuki tahun ketujuh ini mengangkat tema "Coreng-Moreng Pilkada". Akan memutar film-film dokumenter pendek berjudul, "Pilu KPU", "Runtuhnya Hegemoni Partai", "Kontra Panwas", dan "Bagongan?".

Film "Pilu KPU" berkisah tentang bagaimana perjuangan KPU Purbalingga terutama dari divisi sosialisasi namun hasilnya belum memenuhi target, "Runtuhnya Hegemoni Partai" tentang koalisi partai yang mengusung calon bupati terpilih namun dengan suara yang tidak signifikan.

Sementara film "Kontra Panwas" membeberkan bagaimana polah-laku Panwaslu Kabupaten Purbalingga yang banyak melahirkan kontra bagi masyarakat Purbalingga. Lalu, film "Bagongan?" yang menyisakan pertanyaan apakah salah satu pasangan calon bupati masih tetap sebagai calon boneka hingga akhir tahapan Pilkada.

Menurut Bowo, nantinya kompilasi film ini boleh diputar dan menjadi bahan diskusi dimanapun. "Kami memandang, Pilkada Purbalingga 2015 ini terbilang unik, karenanya penting untuk didiskusikan secara akademik," jelasnya.

13 Desember 2015

Workshop Produksi Film SMK Kutasari Purbalingga 2015



Belum genap setahun mengampu sebagai pembina ekstrakurikuler sinematografi di SMA Karangreja Purbalingga, Junika Cahyaning Trilastuti seorang guru Bahasa Indonesia, dipindah tugas ke SMK Kutasari Purbalingga.

"Di tempat tugas yang baru, kebetulan saya juga dipercaya membina ekskul sinematografi. Seperti halnya di sekolah sebelumnya, kami menggandeng CLC Purbalingga sebagai fasilitator, di SMK Kutasari kembali kami mempercayakan CLC untuk turut memfasilitasi," tuturnya.

Sudah lebih dari setahun keberadaan ekskul sinematografi di SMK Kutasari, sudah menghasilkan satu film pendek bertajuk "Coblosan". Baru pada Sabtu-Minggu, 12-13 Desember 2015 digelar workshop produksi film di lingkungan sekolah.

Seorang peserta workshop Rachelita Destiara mengatakan, workshop ini merupakan kegiatan yang ditunggu-tunggu karena selama bergabung dengan ekskul sinema belum banyak mendapatkan materi produksi film secara mendalam.

"Saya memilih masuk di kelas penata kamera. Alasannya ya asik aja, ingin membuat film dengan gambar-gambar yang bagus. Meski saat mendapat teori dan praktik di workshop, untuk menjadi penata kamera yang baik ya harus sering memegang kamera," jelas Rachel yang masih duduk di kelas X jurusan Akuntansi ini.

Workshop dengan jadwal yang sempat menginap di sekolah ini membagi ke dalam empat kelas produksi, yaitu kelas penulisan skenario, manajeman produksi, tata kamera, dan tata gambar atau editing.

Hampir di setiap gelaran workshop produksi film, kelas penulisan skenario membutuhkan perhatian yang lebih karena tidak hanya persoalan teknis penulisan, namun dibutuhkan pengalaman peserta khususnya dalam menuangkan ide.

Menurut pengakuan Rina Hartati, dirinya hampir putus asa karena sampai pukul 02.00 dinihari masih belum mendapatkan ide. "Pengalaman hidup menjadi hal penting untuk bisa menuangkan ide ke dalam skenario film, selain seringnya mengapresiasi film," ujar siswi yang duduk di kelas XI jurusan Akuntansi.