Belum genap setahun
mengampu sebagai pembina ekstrakurikuler sinematografi di SMA Karangreja
Purbalingga, Junika Cahyaning Trilastuti seorang guru Bahasa Indonesia, dipindah
tugas ke SMK Kutasari Purbalingga.
"Di tempat tugas yang
baru, kebetulan saya juga dipercaya membina ekskul sinematografi. Seperti
halnya di sekolah sebelumnya, kami menggandeng CLC Purbalingga sebagai
fasilitator, di SMK Kutasari kembali kami mempercayakan CLC untuk turut
memfasilitasi," tuturnya.
Sudah lebih dari setahun
keberadaan ekskul sinematografi di SMK Kutasari, sudah menghasilkan satu film
pendek bertajuk "Coblosan". Baru pada Sabtu-Minggu, 12-13 Desember
2015 digelar workshop produksi film di lingkungan sekolah.
Seorang peserta workshop
Rachelita Destiara mengatakan, workshop ini merupakan kegiatan yang
ditunggu-tunggu karena selama bergabung dengan ekskul sinema belum banyak
mendapatkan materi produksi film secara mendalam.
"Saya memilih masuk
di kelas penata kamera. Alasannya ya asik aja, ingin membuat film dengan gambar-gambar
yang bagus. Meski saat mendapat teori dan praktik di workshop, untuk menjadi
penata kamera yang baik ya harus sering memegang kamera," jelas Rachel
yang masih duduk di kelas X jurusan Akuntansi ini.
Workshop dengan jadwal
yang sempat menginap di sekolah ini membagi ke dalam empat kelas produksi,
yaitu kelas penulisan skenario, manajeman produksi, tata kamera, dan tata
gambar atau editing.
Hampir di setiap gelaran
workshop produksi film, kelas penulisan skenario membutuhkan perhatian yang
lebih karena tidak hanya persoalan teknis penulisan, namun dibutuhkan
pengalaman peserta khususnya dalam menuangkan ide.
Menurut pengakuan Rina
Hartati, dirinya hampir putus asa karena sampai pukul 02.00 dinihari masih
belum mendapatkan ide. "Pengalaman hidup menjadi hal penting untuk bisa
menuangkan ide ke dalam skenario film, selain seringnya mengapresiasi
film," ujar siswi yang duduk di kelas XI jurusan Akuntansi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar