Video berjudul “Menjadikan
Rokok Bergizi” sedang ramai diperbincangkan di media sosial facebook. Baru dua
hari sejak diunggah dengan menggunakan akun Clc Purbalingga pada 14 Januari
2016 pukul 17.10 sudah lebih dari 50 ribu tayangan (viewer).
Saat berita ini ditulis,
video berupa iklan layanan masyarakat (ILM) antirokok ini sudah mencapai 72.014
tayangan, 916 penyuka, 199 komentar, dan 1.883 kali dibagikan. Setiap menit, tayangan,
penyuka, komentar dan akun pembagi terus bertambah.
Pada video tersebut
tertera bahwa video merupakan hasil Ujian Akhir Semester (UAS) V mata kuliah
Teknik Sinematografi Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Muhammadiyah Purwokerto (UMP) tahun 2016.
Sutradara video berdurasi
1 menit 35 detik Timbang Viga Khoirunnisa mengatakan, ide cerita iklan layanan
ini hasil dari ngobrol panjang dengan dosen mata kuliah. “Sebelumnya, beberapa ide
dari kelompok kami ditolak karena selalu dianggap mainstream. Kemudian kami
diajak berdiskusi untuk menghasilkan ide iklan antirokok yang menggigit,”
jelasnya.
Iklan layanan berbahasa
Banyumasan ini bercerita sebuah keluarga sederhana yang akan makan bersama.
Bapak protes kepada ibu karena setiap hari hanya makan berlauk tahu dan sambal.
Ibu pun tak mau kalah menjawab bahwa uang belanja yang diberikan bapak hanya
cukup untuk membeli tahu dan cabai.
Kemudian bapak memberi Fitri
(anak) beberapa lembar uang untuk membeli rokok di warung. Setelah Fitri
pulang, bapak menagih rokok yang dibeli Fitri. Namun, apa yang dibeli Fitri
lain dengan pesanan bapaknya.
Kebanyakan komentar dan
akun pembagi menyebutkan Fitri salah satu karakter dalam video itu anak yang
cerdas. Selain itu, netizen menulis ide iklan ini cerdas karena berbeda dari
iklan-iklan antirokok yang pernah ada.
Menurut Direktur CLC
Purbalingga Bowo Leksono, melahirkan ide cerita yang baik tak cukup dengan banyak
menonton dan pengetahuan namun dibutuhkan pula banyak berdiskusi. “Video ini berhasil
jadi pembicaraan, selain tema dan ide menarik dengan dialog bahasa Banyumasan,
juga karena mampu mewakili kebanyakan netizen,” tutur dosen tamu di UMP ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar