11 Maret 2015

Produksi Dokumenter SMA Bukateja Purbalingga 2015

Sebuah handycam difungsikan layaknya kamera GoPro. Dipasang pada stang sepeda kumbang milik subyek dokumenter yang memang setiap pagi hingga siang hari berjualan tahu yang ia dan keluarganya buat sendiri dengan cara keliling kampung.

Dua pelajar SMA Bukateja Purbalingga yang tergabung dalam Sabuk Cinema ekstrakulikuler sinematografi mendokumenterkan "Tukang Tahu" itu dengan cara observasional. Mereka mengikuti dengan cermat keseharian subyek, dari bangun pagi hingga menjelang tidur.

"Sudah sejak akhir tahun lalu, kami mencoba melakukan pendekatan dengan subyek film dokumenter kami. Hampir setiap hari sepulang sekolah dan seharian mengikuti subyek saat hari libur," ujar Nugroho Budi Santosa, siswa kelas XI yang bertindak sebagai kameraman sekaligus periset.

Nugroho dan salah satu temannya, Ahmad Rizal, masuk tahap produksi sejak Minggu, 8 Maret 2015. Rencananya, selama lima hari mereka mengikuti aktivitas keseharian Ahmad Nurhadi (58 tahun), warga Kelurahan Kalikabong, Kecamatan Kalimanah, Purbalingga yang sudah sejak 1984 mendirikan usaha produksi tahu.

Dibantu anak kedua, Imam Sutrisno (35 tahun) yang bertugas membuat tahu dan istri Ahmad, Eniyatun (53 tahun) yang menggoreng tahu. Sementara Ahmad sendiri, pagi hingga siang, berjualan berkeliling kampung, baru usai berkeliling menggantikan istrinya menggoreng tahu hingga malam.

Menurut Ahmad Rizal, ekskul sinematografinya mengangkat tukang tahu awalnya karena tahu produk Ahmad Nurhadi menjadi langganan ibunya. "Saya mengamati, keluarga Pak Ahmad, keluarga yang mandiri dan gigih dalam bekerja. Di tengah harga bahan baku kedelai impor yang terus menanjak, dan juga minyak goreng, kayu bakar, namun tidak menyurutkan mereka mempertahankan produksi tahu untuk kebutuhan warga," tutur siswa kelas XI yang melakukan riset, menulis skrip, dan sutradara ini.

Guru Pembina ekskul sinematografi Meinur Diana Irawati mengatakan, pihak sekolah memfasilitasi dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berkreasi. "Keterampilan membuat film merupakan nilai tambah bagi siswa, sehingga tidak hanya akademik saja yang didapat, tapi juga keahlian lain yang diharapkan berguna kelak setelah lulus," ujar guru pengampu mata pelajaran Ekonomi ini.


Rencananya, dokumenter observasional ini akan diikutsertakan pada program Kompetisi Pelajar Banyumas Raya di Festival Film Purbalingga (FFP) yang akan berlangsung pada bulan Mei 2015 mendatang.

Tidak ada komentar: