Sebuah handycam
difungsikan layaknya kamera GoPro. Dipasang pada stang sepeda kumbang milik
subyek dokumenter yang memang setiap pagi hingga siang hari berjualan tahu yang
ia dan keluarganya buat sendiri dengan cara keliling kampung.
Dua pelajar SMA Bukateja
Purbalingga yang tergabung dalam Sabuk Cinema ekstrakulikuler sinematografi
mendokumenterkan "Tukang Tahu" itu dengan cara observasional. Mereka
mengikuti dengan cermat keseharian subyek, dari bangun pagi hingga menjelang
tidur.
"Sudah sejak akhir
tahun lalu, kami mencoba melakukan pendekatan dengan subyek film dokumenter
kami. Hampir setiap hari sepulang sekolah dan seharian mengikuti subyek saat
hari libur," ujar Nugroho Budi Santosa, siswa kelas XI yang bertindak
sebagai kameraman sekaligus periset.
Nugroho dan salah satu
temannya, Ahmad Rizal, masuk tahap produksi sejak Minggu, 8 Maret 2015.
Rencananya, selama lima hari mereka mengikuti aktivitas keseharian Ahmad
Nurhadi (58 tahun), warga Kelurahan Kalikabong, Kecamatan Kalimanah,
Purbalingga yang sudah sejak 1984 mendirikan usaha produksi tahu.
Dibantu anak kedua, Imam
Sutrisno (35 tahun) yang bertugas membuat tahu dan istri Ahmad, Eniyatun (53
tahun) yang menggoreng tahu. Sementara Ahmad sendiri, pagi hingga siang,
berjualan berkeliling kampung, baru usai berkeliling menggantikan istrinya
menggoreng tahu hingga malam.
Menurut Ahmad Rizal,
ekskul sinematografinya mengangkat tukang tahu awalnya karena tahu produk Ahmad
Nurhadi menjadi langganan ibunya. "Saya mengamati, keluarga Pak Ahmad,
keluarga yang mandiri dan gigih dalam bekerja. Di tengah harga bahan baku
kedelai impor yang terus menanjak, dan juga minyak goreng, kayu bakar, namun
tidak menyurutkan mereka mempertahankan produksi tahu untuk kebutuhan
warga," tutur siswa kelas XI yang melakukan riset, menulis skrip, dan
sutradara ini.
Guru Pembina ekskul
sinematografi Meinur Diana Irawati mengatakan, pihak sekolah memfasilitasi dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk berkreasi. "Keterampilan membuat
film merupakan nilai tambah bagi siswa, sehingga tidak hanya akademik saja yang
didapat, tapi juga keahlian lain yang diharapkan berguna kelak setelah
lulus," ujar guru pengampu mata pelajaran Ekonomi ini.
Rencananya, dokumenter
observasional ini akan diikutsertakan pada program Kompetisi Pelajar Banyumas
Raya di Festival Film Purbalingga (FFP) yang akan berlangsung pada bulan Mei
2015 mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar