05 Juli 2014

Menanti Buka Puasa dengan Nonton dan Diskusi Film



Sore itu, Sabtu, 5 Juli 2014, Puluhan anak muda yang sebagian besar pelajar berdatangan ke Markas Besar Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga. Mereka menikmati suguhan Bioskop Rakyat (Biora) dan berdiskusi sembari menanti datangnya waktu berbuka puasa.

Kali ini, Biora yang bekerjasama dengan In-Docs Jakarta menyajikan film dokumenter panjang yang sempat menyabet berbagai penghargaan dalam dan luar negeri bertajuk “Denok & Gareng” sutradara Dwi Sujanti Nugraheni yang diproduksi Jawa Dwipa Film Yogyakarta.

Film berdurasi 89 menit yang selesai diproduksi tahun 2012 ini berkisah tentang perjalanan hidup dua mantan anak jalanan bernama Denok dan Gareng. Mereka memulai kehidupan baru dengan menjadi suami istri. Keduanya bermimpi mendapat kehidupan yang lebih baik dengan memulai usaha berternak babi, ditengah mayoritas masyarakat Muslim di Indonesia.

Penggarapan dokumenter dengan pendekatan observasional ini mampu membawa penonton memasuki kehidupan keluarga miskin kebanyakan di Indonesia. Berbagai konflik dan sisi menarik dari para subyek film tertangkap dengan telaten dan rapi.

Usai pemutaran, digelar diskusi dengan menghadirkan narasumber Henrikus Setya Adi Pratama mahasiswa jurusan Sosiologi Unsoed Purwokerto dan Achmad Ulfi seorang pembuat film pelajar Purbalingga.

Menurut Henrikus, film “Denok & Gareng” sekalipun terkesan monoton namun sangat menarik untuk ditonton. “Film ini menjadi cermin kehidupan riil, syarat konten yang bisa dipelajari dari kehidupan social di masyarakat kita,” tutur aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini.

Sementara Achmad Ulfi memaparkan pengalamannya memproduksi film dokumenter dengan pendekatan observasi atau tanpa wawancara langsung subyek di depan kamera. Menurutnya, banyak persoalan di lingkungan kita yang menarik untuk didokumenterkan.

“Jadi terpenting bagaimana kita melakukan pendekatan dengan subyek film kita. Dibutuhkan waktu dan kesabaran agar terasa tidak ada jarak karena itu akan mempengaruhi kehadiran kamera kita di lingkungan subyek,” ungkap sutradara film “Penderes dan Pengidep”.

Turut hadir di tengah-tengah puluhan anak muda, pembuat film dokumenter Agus Darmawan. Ia yang baru pertama menyambangi program Biora Purbalingga mengatakan kegiatan pemutaran film semacam ini sangat penting, terlebih di kota yang sudah dikenal banyak pembuat film mudanya. “Dengan nonton film dan berdiskusi, kita bisa melahirkan kritikus film agar lahir film-film berkualitas,” tandas filmmaker asal Bobotsari Purbalingga ini.

Tidak ada komentar: