Matahari hampir tegak
lurus di atas kepala. Seorang lelaki bertubuh hitam legam berjalan menelusuri
bantaran Sungai Klawing di wilayah Desa Jetis, Kecamatan Kemangkon,
Purbalingga. Ia diikuti dua pelajar yang membawa peralatan kamera.
Lelaki bernama Imam Sardi
(42) itu naik sebuah perahu miliknya, lalu menyalakan mesin. Ia siap menambang pasir
untuk kedua kali pada hari itu. Kedua pelajar itupun tak berhenti di pinggir
sungai, mereka turut serta menaiki perahu.
Pelajar yang tergabung
dalam Kafiana Production ekstrakulikuler sinematografi SMK YPLP Perwira
Purbalingga sedang memproduksi sebuah film dokumenter yang mengangkat keluarga penambang
emas hitam di sungai terbesar di Purbalingga.
“Ya kami sedang membuat
dokumenter tentang kisah penambang pasir. Konsep produksinya, kami mengikuti selama
beberapa hari perjalanan keluarga penambang pasir. Bagi kami, kehidupan mereka
sangat menarik,” ungkap Octa Berna Ratungga, selaku sutradara.
Beberapa bulan melakukan
riset, bahkan sempat beberapa kali berganti subyek, para pelajar yang baru
setahun memiliki ekskul sinema itu memproduksi dokumenter selama empat hari,
Kamis-Minggu, 6-9 Februari 2014.
Pagi dini hari, para
pembuat film sudah berada di halaman rumah penambang. Mereka menunggu penghuni
rumah bangun dan mulai mengambil gambar aktifitas keseharian mulai bangun tidur
hingga kembali beranjak ke tempat tidur.
Menurut salah satu kru,
Zakaria Maolana Romadon, dokumenter seperti ini tidak hanya telaten dalam visual
tapi juga audio. “Berusaha jangan sampai ketinggalan momen, karna dari situ
cerita film ini dibangun,” ujar pelajar yang didapuk sebagai kameraman ini.
Kepala SMK YPLP Perwira Purbalingga
Kurniawan Hery S., S.Pd., mengatakan memproduksi film dokumenter itu salah satu
cara siswa untuk melatih kepekaan pada lingkungan dimana mereka tinggal.
“Banyak hal di Purbalingga ini yang menarik dan perlu difilmkan. Ini baik bagi
pembelajaran siswa,” tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar