22 September 2013

Workshop Produksi Film SMAN 1 Bukateja Purbalingga



Praktik tata kamera adalah bagian dari materi workshop produksi film yang paling disukai peserta. Mereka bisa tertawa lepas, meskipun adegan yang dibuat menyedihkan. Sebelumnya para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk kemudian masing-masing kelompok membuat dua adegan (scene) sebagai bahan untuk dipraktikan.

“Kami jadi tahu seperti itu ternyata membuat film. Tidak cukup sekali pengambilan gambar, harus diulang dari berbagai sisi. Intinya membuat film itu tidak gampang, tapi menyenangkan,” tutur Putri Anjar Pangesti.

Apa yang diakui Putri terungkap saat Workshop Produksi Film Sabuk Cinema ekskul sinematografi SMAN 1 Bukateja dari 21-22 September 2013 di lingkungan sekolah. Workshop ini menggandeng Cinema Lovers Community (CLC) sebagai fasilitator yang diikuti sekitar 25 peserta dari siswa kelas X sebagai anggota baru dan kelas XI.

Workshop film selama dua hari ini memberikan materi kepada peserta terkait dasar-dasar film. Dari mulai meresensi film, manajemen produksi, penulisan skenario, teori dan praktik tata kamera, serta teori dan praktik tata gambar (editing).

Penekanan Materi
Dari materi dasar-dasar produksi film yang diberikan fasilitator, penekanannya lebih pada penulisan skenario dan tata gambar. Kedua materi itu, dirasa lemah bagi kebanyakan pelajar yang belajar film, tak terkecuali di SMAN 1 Bukateja.

Diakui ketua ekskul sinematografi SMAN 1 Bukateja Tumbuh Irgiani, di tahun kepengurusan lalu, sekolahnya tidak berhasil memproduksi film fiksi lantaran kurangnya anak-anak yang mampu menulis. “Di tahun kepengurusan ini tidak boleh terjadi. Harus lahir penulis-penulis skenario baru dan editor baru,” ungkap ketua baru ekskul sinematografi ini.

Salah satu pegiat CLC Canggih Setyawan mengatakan, film yang bisa dibilang seni terakhir, sangat erat berhubungan dengan jenis dan bidang seni lainnya. “Salah satu contohnya, sastra yang menjadi dasar bagi para penulis skenario film. Intinya orang-orang yang senang dan menguasai dunia sastra dibutuhkan dalam film,” ujar mahasiswa jurusan Sosiologi Unsoed ini.

Ekskul sinematografi di SMAN 1 Bukateja Purbalingga keberadaannya sudah ada sejak tahun 2011. Film bertajuk “Jono Berlari” telah mampu menyabet beragam prestasi di festival film tingkat Nasional.

Tidak ada komentar: