01 April 2013

Putar Film Dokumenter Tokoh Misbach Yusa Biran




Peringatan Hari Film Nasional di Purbalingga



Apa yang sudah, sedang, dan akan kita lakukan adalah bagian dari sejarah. Film, tidak sekedar sebagai karya seni yang menghibur tapi juga sebagai sebuah karya ilmu pengetahuan yang kelak mempunyai nilai sejarah.

Dalam rangka memperingati Hari Film Nasional, Bioskop Rakyat #14 Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga memutar film spesial bertajuk “Anak Sabiran, Dibalik Cahaya Gemerlapan (Sang Arsip)” produksi Forum Lenteng pada Sabtu, 30 Maret 2013 jam 19.30 dan Minggu, 31 Maret 2013 jam 15.30 di Mabes CLC Jl. Puring no. 7 Purbalingga.

Sutradara film “Anak Sabiran, Dibalik Cahaya Gemerlapan (Sang Arsip)” Hafiz Rancajale menjelaskan dalam film yang berdurasi 160 menit ini, dihadirkan dua sudut pandang dari generasi yang berbeda dalam memaknai arsip dan sejarah gagasan dan wacana sinema Indonesia. “Misbach Yusa Biran sebagai tokoh sejarah film yang mengalami perubahan dan perkembangan sinema Indonesia sejak tahun 50-an dan generasi baru dunia film Indonesia yang diwakili oleh beberapa narasumber,” tururnya.

Hafiz menambahkan, benturan dan kolaborasi itu tidak sekedar membicarakan biografi seorang tokoh besar dalam film Indonesia saja, tetapi tentang gagasan besar dari memaknai arsip sebagai sebuah jembatan mengkonstruksi ulang masa lalu dan menafsir catatan-catatan sejarah itu untuk mencari kemungkinan-kemungkinan  baru (baik teori, sejarah, kritik, dan lain sebagainya) bagi masa kini dan bahkan masa depan.

Hari Film Nasional diperingati setiap 30 Maret. Penetapan tanggal tersebut adalah hari pertama pengambilan gambar film “Darah dan Doa” arahan sutradara Usmar Ismail pada tahun 1950. Film itu diakui merupakan film Nasional yang diproduksi dengan kekuatan bangsa sendiri. Dalam perjalanannya, sutradara Usmar Ismail dikukuhkan sebagai Bapak Perfilman Nasional.

Menurut salah satu penonton, Doni Saputra, ia tidak banyak berkesempatan menonton film dan mempelajari tokoh perfilman Nasional. “Sebagian kecil saya akses dari Perpus Film dan Buku JKFB. Bila ke Jakarta, saya ingin datang ke Sinematek,” ujar pelajar yang telah menelorkan dua film pendek ini.

Penanggung jawab Bioskop Rakyat (Biora) Asep Triyatno mengatakan, sengaja secara khusus memutar film feature dokumenter tentang salah satu tokoh perfilman Nasional agar generasi pembuat film di Purbalingga tahu apa yang telah dilakukan generasi sebelumnya. “Ini penting, bahwa apa yang telah meraka lakukan ada terkaitan dengan masa lalu, dengan sejarah,” ungkapnya.

Tidak ada komentar: