17 November 2009

Potensi Semarang untuk Film Pendek


Semarang mempunyai potensi besar terhadap perkembangan film pendek di Jawa Tengah. Seperti halnya Solo dan Purwokerto yang mempunyai basis kampus. Setidaknya, kota-kota tersebut bisa mampu bersejajar dengan Yogyakarta, yang sudah lebih dulu maju di bidang film pendek.

Meskipun sebenarnya, bukan jaminan pula kampus akan selalu membawa perubahan dan kemajuan pada bidang tertentu. Tapi setidaknya, dunia kampus merepresentasikan potensi anak muda yang luar biasa, minimal dari sisi intelektual dan semangat keanakmudaannya.

Antusiasme dan semangat anak muda Semarang terwakili pada Diskusi Film Pendek bertajuk “Ide Mini dengan Hasil Maksi”, Minggu, 15 November 2009 lalu, di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Diskusi yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unnes kerja bersama Oengoe Cinema Club dan Konfiden Jakarta ini, menjadi puncak kegiatan Parade Film Pendek Unnes yang digelar selama tiga hari.

Pembantu Dekan III FBS Unnes Drs. Dewa Made Kartadinata membuka acara diskusi tersebut. Ia menyampaikan harapan agar hasil diskusi mempunyai pengaruh positif terhadap kegiatan dimasa mendatang. “Kami menghimbau pada peserta diskusi agar kalian banyaklah bertanya, mengkritisi dengan menganalisa bagaimana seluk-beluk film pendek,” katanya.

Beragam Tanya
Diskusi menghadirkan narasumber, yaitu Bowo Leksono (sutradara film pendek dan Direktur Cinema Lovers Community Purbalingga) dan Damar Ardi Atmaja (programer film pendek dari Importal Semarang), serta Dimas (pemeran utama film “Sandal Jepit” dari SMA 1 Purbalingga).

Sebagai pemantik diskusi, diputar terlebih dulu beberapa film pendek dari berbagai kota. Kesempatan perdana, film-film hasil Kompetisi SMA di Purbalingga Film Festival 2009. Untuk kemudian film-film dari kota lainnya.

Peserta yang hadir cukup aktif dengan banyaknya pertanyaan yang disampaikan. Pertanyaan peserta beragam mulai dari bagaimana memunculkan ide kreatif, teknis pengambilan gambar dan pencahayaan, rolling job dalam produksi film pendek, sampai bagaiman kriteria film untuk bisa masuk festival.

Tak hanya kalangan mahasiswa dan umum, pelajar SMA, pun turut bersemangat mengikuti diskusi tersebut. Damar Ardi menjelaskan, ia membuat tema diskusi dengan menyesuaikan kondisi Semarang yang miskin karya film pendek. “Saya berharap acara ini menjadi penyemangat pemuda Semarang untuk berkarya dengan ide yang sederhana saja yang ada di sekitar kita,” ujarnya.

Ketua BEM FBS Sri Waluyo merencanakan kegiatan Parade Film Pendek ini akan dijadikan agenda rutin dalam peringatan Bulan Bahasa dan Seni di Universitas Negeri Semarang. “Ini merupakan langkah positif untuk perkembangan film pendek di Indonesia,” jelasnya. rulia

Tidak ada komentar: