Film "Penderes dan
Pengidep" sutradara Achmad Ulfi kembali menoreh prestasi. Jelang akhir
tahun, dokumenter yang diproduksi Papringan Pictures ekstrakulikuler
sinematografi SMA Kutasari Purbalingga ini berhasil menyabet Film Terbaik kategori
dokumenter pelajar Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta.
Malam penganugerahan
digelar pada Sabtu, 13 Desember 2014 di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Karena sedang
Ujian Akhir Semester (UAS), sang sutradara berhalangan hadir diwakilkan Wildan
Aji Saputra, pegiat Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga yang juga mantan
ketua ekskul sinematografi SMA Kutasari.
"Sejak sekolah kami
diperkenalkan dan memproduksi film dokumenter, salah satu keinginan dan cita-cita
kami adalah mampu menjadi yang terbaik di FFD. Dan malam ini, keinginan itu
tercapai," ungkap Wildan yang sekarang tercatat sebagai mahasiswa di
jurusan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Film berdurasi 30 menit
ini mengungkap realita sebuah keluarga, disela kesibukan sebagai ibu rumah
tangga, Suwini, ibu tiga anak, menyempatkan ngidep (membuat bulu mata). Sementara
Suwitno, suaminya, sehari dua kali, pagi dan sore, harus naik-turun 21 pohon
kelapa yang disewa untuk mengambil air nira.
"Penderes dan
Pengidep" menyisihkan beberapa nominee yaitu, film "Segelas Teh
Pahit" rekan sedaerah dari SMA Rembang Purbalingga, "Jenitri"
dari Kebumen, dan "Subakku Dipuja, Subakku Merana" dari Bali.
Menurut salah satu juri
kategori dokumenter pelajar, Senoaji Julius, film dokumenter "Penderes dan
Pengidep" memiliki kelebihan dari sisi fakta-fakta yang dihadirkan di
dalamnya. "Fakta yang dihadirkan dalam film utuh tanpa opini yang tidak
perlu sehingga menjadi sederhana dan penting untuk dilihat," tuturnya.
FFD merupakan festival
khusus film-film dokumenter yang tertua di wilayah Asia Tenggara. Tahun ini,
festival dengan program kompetisi tingkat nasional ini memasuki tahun ke-13
digelar di beberapa titik di Yogyakarta dari tanggal 10-13 Desember 2014.
Dari catatan CLC
Purbalingga, baru dua kali ini film yang dibuat anak-anak muda Purbalingga
mendapat penghargaan dari FFD. Sebelumnya, film bertajuk "Bioskop Kita
Lagi Sedih" sutradara Bowo Leksono yang mengungkap arogansi Pemerintah
Kabupaten Purbalingga pada komunitas film di Purbalingga pada FFD tahun 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar