Sineas Purbalingga
memborong penghargaan Anti-Corruption Film Festival (ACFFest) 2014. Dari enam
kategori yang dikompetisikan, tiga diantaranya diboyong anak-anak muda
Purbalingga. Penghargaan diterima saat malam penganugerahan ACFFest 2014 di
Taman Budaya Yogyakarta, Kamis, 11 Desember 2014.
Penghargaan itu antara
lain, film fiksi pelajar terbaik “Ijolan” sutradara Eka Susilawati dari SMA 1
Purbalingga, film dokumenter pelajar terbaik “Robohnya Sekolah Kami” sutradara
Uli Retno Dewanti dari SMA Bukateja Purbalingga, dan video citizen journalism
terbaik “Dilarang Berjalan di Trotoar” sutradara Nugroho Budi Santosa dari SMA
Bukateja Purbalingga.
Sementara penghargaan
khusus insan penggerak komunitas film diberikan kepada Bowo Leksono. Dari
sembilan film karya pelajar Purbalingga, enam diantaranya masuk nominasi untuk
tiga kategori.
“Sangat tidak menyangka,
karena saat produksi kami banyak mengalami kendala. Subyek yang sulit ditemui
dan subyek yang tidak transparan dalam memberikan keterangan. Tapi kami
bertekad tetap menyelesaikan film kami,” ujar sutradara “Robohnya Sekolah Kami”
Uli Retno Dewanti usai menerima penghargaan.
Uli dan teman-temannya
mendokumenterkan tentang robohnya atap Taman Kanak-Kanak (TK) Pembina Padamara
Purbalingga yang sudah hampir setahun tidak ada penyelesaian. Gedung TK yang
sudah hampir dua tahun dibangun, ambruk yang hingga saat ini belum tahu
penyebabnya.
Eka Susilawati diwakili
bekas guru pembina ekstrakulikuler film di SMP Negeri 4 Satu Atap Karangmoncol
Purbalingga Aris Prasetyo karena tidak mendapat izin dari pihak sekolah untuk
datang disaat menempuh Ujian Akhir Sekolah (UAS).
Aris berharap, anak-anak
yang sedari SMP sudah membuat film bisa terus melanjutkan hobinya itu saat
duduk di bangku SMA. “Tidak ada alasan bagi sekolah untuk tidak memfasilitasi
dan memberi ruang pada siswa yang ingin menggeluti dan ingin berprestasi dalam
bidang film,” jelasnya.
Festival film tingkat
nasional yang digelar mulai 9-11 Desember 2014 dan digelar oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), USAID, dan Management Systems International (MSI)
ini merupakan even tahunan bagi para insan pembuat film di Indonesia.
Direktur Cinema Lovers
Community (CLC) Purbalingga Bowo Leksono yang malam itu juga meraih penghargaan
khusus mengatakan, penghargaan di festival film antikorupsi ini semakin menjadi
tantangan bagi anak-anak muda Purbalingga. “Kami harus membuktikan bahwa lewat
film, tidak sekedar menjadi media kampanye antikorupsi,” tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar