Realita tingginya angka
perceraian di Purbalingga beberapa tahun terakhir ini disebabkan beberapa
persoalan. Salah satu persoalan yang mendominasi yaitu faktor ekonomi. Uniknya,
yang melakukan gugat cerai itu kebanyakan dari pihak perempuan. Fakta ini
disebabkan lapangan pekerjaan bagi perempuan yang terbuka lebar sementara tidak
bagi laki-laki.
Kenyataan di atas
menggelitik para pelajar SMA Bukateja Purbalingga yang tergabung dalam Sabuk
Cinema ekstrakulikuler sinematografi untuk menuangkannya dalam medium film
pendek. Mereka memproduksi film bertajuk "Gugat Pegat" (Gugat Cerai)
pada Rabu, 25 Maret 2015 dari sore hingga tengah malam.
"Riset cerita yang
kami bangun, berangkat dari berita-berita media massa lokal tentang tingginya
angka perceraian di Purbalingga. Kami menganalisa bahwa keberadaan banyaknya
pabrik bulu mata dan wig tidak pernah diperhatikan efek negatifnya oleh
pemangku kebijakan," tutur Laurelita Gita Prischa Maharani, penulis
skenario sekaligus sutradara.
Laurelita menambahkan,
keberadaan pabrik bulu mata hingga plasma yang sampai ke pelosok desa, didominasi
pekerja perempuan. "Pada akhirnya, banyak kaum lelaki yang pengangguran.
Kami merasa, fenomena ini penting untuk diangkat dalam film," jelas siswi
yang masih duduk di bangku kelas X ini.
Skenario film pendek "Gugat
Pegat" bercerita tentang seorang pasangan muda, Malik dan Hani. Hani
bekerja di salah satu plasma rambut palsu, sementara suaminya, Malik seorang sarjana
pengangguran. Setiap hari, kesibukan Malik mengantar istrinya ke tempat kerja dan
menulis lamaran pekerjaan yang tak kunjung diraihnya.
Keadaan keluarga yang
demikian, membuat Hani tidak tahan, terlebih Malik selalu membanggakan ijazah
kesarjanaannya, padahal di kota mereka tinggal, meskipun mempunyai gelar
sarjana tidaklah berguna sampai persoalan keluarga itu mencapai puncaknya.
Guru pembina ekskul
sinematografi Meinur Diana Irawati mengatakan, seperti tahun-tahun sebelumnya,
produksi film tidak hanya melibatkan siswa sebagai pemain film. "Guru dan
staf pun dilibatkan. Bagi kami, film selalu membawa pengalaman baru yang
menyenangkan," ungkap guru mata pelajaran Ekonomi ini.
Keberadaan ekskul sinema
di SMA Bukateja sejak 2010 ini termasuk kegiatan siswa yang mampu bertahan
hingga sekarang. Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, produksi tahun ini juga
untuk diikutsertakan pada Kompetisi Pelajar Banyumas Raya Festival Film
Purbalingga (FFP) 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar