Produksi Fiksi SMAN 1
Kutasari Purbalingga
Pagi itu, Marwati sudah
berbohong pada ibunya dengan cara menaikkan harga buku yang hendak dibeli di
koperasi sekolah. Tak cukup itu, ia juga berbohong pada kekasihnya untuk
membelikan cokelat hari valentine. Padahal, cokelat itu untuk adiknya dan Marwati
sudah dititipi ibunya uang untuk itu.
Kebohongan ditutupi
kebohongan. Kebohongan, juga akan melahirkan kebohongan yang lain. Uang hasil kebohongan-kebohongan
Marwati pada akhirnya hanya untuk memenuhi hasrat selingkuhannya.
Kisah percintaan remaja
ini menjadi latar film fiksi pendek berjudul “Gang Selingkuh” yang baru saja
diproduksi Papringan Pictures ekstrakulikuler sinematografi SMA Negeri 1
Kutasari Purbalingga. Film ke-5 yang diproduksi komunitas tersebut memakan
waktu sehari pada Rabu, 13 Maret 2013 di seputaran Kecamatan Kutasari,
Purbalingga.
“Kami ingin membuat film
remaja berlatar percintaan tapi yang tidak biasa. Tidak sekedar menonjolkan
cinta saja, ada isi cerita yang bisa kita petik maknanya dan itu berangkat dari
kenyataan sehari-hari kami sebagai remaja,” tutur Wildan Aji Saputra, sutradara
sekaligus penulis skenario.
Wildan melanjutkan, ada
beberapa guru muda di sekolahnya yang kerap secara terbuka bicara soal korupsi.
“Memang, saat cerita soal korupsi yang besar-besar, kami sering tak paham. Tapi
itu cukup menginspirasi kami memfilmkannya dan berangkat dari yang kecil-kecil,
yang ada di sekitar kami,” ungkap siswa kelas XI ini.
Sedikitnya, sudah empat
film fiksi dan dokumenter pendek yang ditelorkan siswa SMAN 1 Kutasari selama
tiga tahun ini. Film-film tersebut cukup mengukir prestasi, seperti “Kalung
Sepatu” (2011) yang menyabet finalis Festival Film Solo (FFS) 2011 Kategori
Gayaman Award, film fiksi terbaik Festival
Film Purbalingga (FFP) 2011, dan special mention South to South Film Festival 2012.
“Bangku untuk Remaja” (2012) menyabet film pendek dokumenter terbaik Festival Film Purbalingga (FFP) 2012, film terbaik dokumenter
Festival Film Pelajar Indonesia (FFPI) 2012, dan film seleksi Festival Film Pelajar Jogja (FFPJ) 2012. Di tahun yang sama
memproduksi “Bukan Bangku Sekolah”. Dan yang baru saja selesai paskaproduksi
film dokumenter “Air”.
Guru pembina ekskul
sinematografi Catur Andianto, S.Pd mengatakan, keberadaan ekskul yang
dibawahinya tidak sekedar memperkenalkan teknologi kepada siswa di desa. “Tapi
juga memberi kesempatan mereka berekspresi pada apa yang mereka alami ke dalam
media film,” ujar guru pengampu pelajaran Bahasa Indonesia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar