09 Februari 2013

Workshop Produksi Film SMAN 1 Padamara Purbalingga



Usai pelajaran praktik olahraga, Alfy haus dan lapar, namun ia tak mempunyi cukup uang untuk pergi ke kantin. Lalu Alfy masuk ke kelas, kebetulan di kelas tak ada siswa satu pun. Niat jahat pun dilakukannya dengan mengambil dompet salah satu teman di dalam tas.

Tiba-tiba pemilik dompet masuk ke kelas. Namun, Alfy secepat kilat membereskan tas dan mampu memberi alasan pada pemilik dompet. Ia langsung lari ke gudang sekolah, apa daya, dompet yang dicuri pun tak ada uangnya. Hanya Rp 500 rupiah yang tertinggal di dompet.

Itulah dua adegan (scene) yang dipraktikkan siswa SMA Negeri 1 Padamara Purbalingga dalam rangka workshop produksi film pendek di lingkungan sekolah mereka, Sabtu-Minggu, 9-10 Februari 2013.

“Mempraktikkan adegan di depan kamera ternyata berbeda dengan adegan di panggung. Di film, satu adegan harus diulang-ulang dengan menempatkan kamera dari berbagai sisi. Capek tapi mengasikkan,” tutur Luisia Rizki Wahyuningtyas yang juga bergabung dengan Teater Detik sekolah itu.

Berbagai materi seperti dasar-dasar film, manajemen produksi, penulisan skenario, teori dan praktik kamera, serta teori dan praktik editing disampaikan oleh para pemateri dari Cinema Lovers Community.

Salah satu peserta workshop Asri Widiastuti mengatakan, dari dulu ia ingin belajar kamera video. “Biasanya saya hanya belajar kamera foto, baru kali ini kesampaian mengoperasikan kamera video. Saya ingin serius di kamera,” ujar siswi bertubuh tambun yang masih duduk di bangku kelas X ini.

Beberapa tahun lalu, SMA yang masih tergolong baru ini sempat memproduksi sebuah film pendek dan diikutkan ke Festival Film Purbalingga, namun tidak berlanjut di tahun-tahun berikutnya.

Dengan masuknya kepala sekolah yang baru, yaitu Sukirto, S.Pd, M.Si yang sebelumnya menjabat kepala SMA Negeri 1 Kutasari Purbalingga, menginginkan di SMA Negeri 1 Padamara juga ada ekstrakulikuler sinematografi seperti halnya di banyak sekolah lain.

“Saya ingin membantu perkembangan film pelajar di Purbalingga. Caranya dengan melahirkan Bowo Leksono-Bowo Leksono yang lain, agar kelak perfilman di Purbalingga terus berkembang dan makin maju,” ungkap Sukirto.

Tidak ada komentar: