Sukur selalu berusaha menggambar
dengan cepat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ia adalah penyandang
difabel yaitu tunawicara. Sukur diberi kelebihan oleh Tuhan berupa menggambar sketsa
dengan hasil yang bagus yang sekaligus menjadi hobinya, karena itu ia disukai
orang-orang di sekitarnya.
Sebuah kisah tentang
penyandang difabel diangkat oleh Kafiana Production ekstrakulikuler
sinematografi SMK YPLP Perwira Purbalingga. Mereka mengangkatnya dalam film
pendek fiksi bertajuk “Gedang Goreng Soklat” (Pisang Goreng Coklat).
Pengambilan gambar dilakukan pada Kamis, 21 Februari 2013 di Desa Bakulan,
Kecamatan Kemangkon, Purbalingga.
“Kami sudah lama ingin
mengangkat cerita tentang saudara-saudara kita penyandang difabel, bahwa
dibalik kekurangan, Tuhan pasti memberi kelebihan. Dan di mata Tuhan manusia
diciptakan sama,” ungkap Octa Berna Ratungga, sutradara sekaligus bertindak
sebagai penulis cerita.
Octa menambahkan tidaklah
mudah mencari pemain sebagai penyandang difabel, butuh beberapa kali ganti
pemain karena mencari yang benar-benar mendekati. “Beruntung kami mampu membuat
jadwal pengambilan dalam waktu satu hari saja,” ujar siswa kelas X yang juga
sebagai ketua ekskul sinematografi.
Dunia sinematografi di SMK
di bawah organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Purbalingga ini sudah
ada sejak 2011 lalu. Sedikitnya ada dua film pendek yang sudah dihasilkan,
yaitu “Pit Ontha” (2011) yang berhasil menyabet penghargaan Terbaik II Kategori
Fiksi Festival Film Pelajar Jogja 2011. Kemudian film berjudul “Keluarga
Jajang” (2012) berhasil diganjar Juara Ketiga Lomba Film Pendek “Generasi Muda
Generasi Taat Pajak” 2012.
Kepala
SMK YPLP Perwira Purbalingga Kurniawan Herry S, S.Pd mengatakan pihak sekolah
mendukung keberadaan ekskul sinematografi. “Kami berharap, anak-anak mampu
membuat film pendek setiap tahun. Ini sangat menunjang kemampuan teknis dan
kreativitas mereka,” jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar