04 Februari 2013

Fenomena Balap Liar di Purbalingga



Sudah sejak pukul 22.00, belasan sepeda motor berjajar di sebuah bengkel. Seorang montir sibuk mengutak-atik salah satu sepeda motor yang akan diturunkan malam itu diajang balap liar.

Belasan anak muda bergerombol merancang strategi sekaligus membaca kelemahan lawan. Salah seorang joki Agus Setyawan tenang mendengarkan ide teman-temannya serta sesekali melontarkan pendapat.

“Balap liar bagi kami tidak sekedar hobi, tapi juga menjaga gengsi kelompok,” ujar Agus yang saat ini duduk di bangku salah satu SMK swasta di Purbalingga. Agus sendiri sudah sejak SMP suka naik motor dan ngebut di jalanan.

Agus akhirnya membentuk kelompok atau gank dengan anak-anak yang sehobi. Hampir tiap malam Minggu atau malam libur merencanakan untuk turun ke jalan. Tidak jarang malam dimana pagi harinya sekolah pun ia pergunakan untuk balap liar.

Di seputaran Purbalingga, ada beberapa titik jalan yang biasanya dijadikan ajang balap liar. Seperti di sepanjang jalan S. Parman, sepanjang jalan raya Penambongan, sepanjang jalan Bajong, dan di sepanjang jalan Padamara.

Pelaku balap liar lainnya, Rendra Adityatama yang juga sebagai joki mengatakan dia dan teman-temannya menggunakan jalan-jalan itu sebagai ajang balap liar karena disamping sepi juga mempunyai track yang panjang. “Kami butuh sekitar 200 meter panjang track dan jalan yang biasa kami gunakan sepertinya jauh sebelum kami memang sudah digunakan untuk ajang balap liar,” tuturnya.

Sekitar pukul 23.00, sekelompok anak muda dengan beragam sepeda motor keluar dari sarangnya. Demikian pula dengan kelompok lain. Mereka memang sudah janjian akan tarung malam itu. Suasana sangat ramai karena masing-masing menarik gas sepeda motornya hingga suara knalpot memekakkan telinga.

Pasang Taruhan
Setiba di arena, joki masing-masing kelompok mencoba track dengan sepeda motor kesayangan yang sebelumnya sudah di-seting masing-masing montir andalan. “Agar balapannya lebih niat, kami biasanya pasang taruhan antara Rp 100 ribu hingga Rp 1,5 juta rupiah bahkan bisa lebih,” ujar Agus.

Tepat pukul 00.00, salah seorang diantara mereka melambai-lambaikan tangan. Sementara dua joki dengan motor modifikasi sudah siap di garis start. Gas sepeda motor ditarik-tarik sekencangnya. Dalam hitungan tertentu, melesatlah kedua sepeda motor itu.

Rendra mengaku tidak merasa takut akan keselamatannya. Melesat jauh ke depan sebagai pemenang adalah sesuatu yang membanggakan setelah itu uang kemenangan untuk foya-foya. “Saat dikejar-kejar polisi, justru itu hal yang sangat menantang,” ungkapnya.

Fenomena balap liar yang dilakukan anak muda ada disemua zaman dan kota. Fenomena ini sebagai bentuk dari eksistensi sebagian anak muda. Ada hal positif yang bisa dipetik meskipun lebih banyak negatifnya.

Tidak menjamin bila para pembalap liar itu dibangunkan arena tersendiri maka mereka akan meninggalkan jalan raya. Para pembalap liar tidak berpikir panjang akan keselamatannya, terlebih keselamatan orang lain sebagai sesama pengguna jalan.

Oleh:
Siti Lestari, Atika Ulfah Hasna, Tumbuh Irgiani
Pelajar SMA Negeri 1 Bukateja Purbalingga

Tidak ada komentar: