Sudah sejak pukul 22.00, belasan
sepeda motor berjajar di sebuah bengkel. Seorang montir sibuk mengutak-atik
salah satu sepeda motor yang akan diturunkan malam itu diajang balap liar.
Belasan anak muda
bergerombol merancang strategi sekaligus membaca kelemahan lawan. Salah seorang
joki Agus Setyawan tenang mendengarkan ide teman-temannya serta sesekali
melontarkan pendapat.
“Balap liar bagi kami
tidak sekedar hobi, tapi juga menjaga gengsi kelompok,” ujar Agus yang saat ini
duduk di bangku salah satu SMK swasta di Purbalingga. Agus sendiri sudah sejak
SMP suka naik motor dan ngebut di jalanan.
Agus akhirnya membentuk
kelompok atau gank dengan anak-anak yang sehobi. Hampir tiap malam Minggu atau
malam libur merencanakan untuk turun ke jalan. Tidak jarang malam dimana pagi
harinya sekolah pun ia pergunakan untuk balap liar.
Di seputaran Purbalingga,
ada beberapa titik jalan yang biasanya dijadikan ajang balap liar. Seperti di
sepanjang jalan S. Parman, sepanjang jalan raya Penambongan, sepanjang jalan
Bajong, dan di sepanjang jalan Padamara.
Pelaku balap liar lainnya,
Rendra Adityatama yang juga sebagai joki mengatakan dia dan teman-temannya
menggunakan jalan-jalan itu sebagai ajang balap liar karena disamping sepi juga
mempunyai track yang panjang. “Kami
butuh sekitar 200 meter panjang track
dan jalan yang biasa kami gunakan sepertinya jauh sebelum kami memang sudah digunakan
untuk ajang balap liar,” tuturnya.
Sekitar pukul 23.00, sekelompok
anak muda dengan beragam sepeda motor keluar dari sarangnya. Demikian pula
dengan kelompok lain. Mereka memang sudah janjian akan tarung malam itu. Suasana
sangat ramai karena masing-masing menarik gas sepeda motornya hingga suara
knalpot memekakkan telinga.
Pasang Taruhan
Setiba di arena, joki
masing-masing kelompok mencoba track
dengan sepeda motor kesayangan yang sebelumnya sudah di-seting masing-masing montir andalan. “Agar balapannya lebih niat,
kami biasanya pasang taruhan antara Rp 100 ribu hingga Rp 1,5 juta rupiah
bahkan bisa lebih,” ujar Agus.
Tepat pukul 00.00, salah
seorang diantara mereka melambai-lambaikan tangan. Sementara dua joki dengan
motor modifikasi sudah siap di garis start.
Gas sepeda motor ditarik-tarik sekencangnya. Dalam hitungan tertentu, melesatlah
kedua sepeda motor itu.
Rendra mengaku tidak
merasa takut akan keselamatannya. Melesat jauh ke depan sebagai pemenang adalah
sesuatu yang membanggakan setelah itu uang kemenangan untuk foya-foya. “Saat
dikejar-kejar polisi, justru itu hal yang sangat menantang,” ungkapnya.
Fenomena balap liar yang
dilakukan anak muda ada disemua zaman dan kota. Fenomena ini sebagai bentuk
dari eksistensi sebagian anak muda. Ada hal positif yang bisa dipetik meskipun
lebih banyak negatifnya.
Tidak menjamin bila para
pembalap liar itu dibangunkan arena tersendiri maka mereka akan meninggalkan
jalan raya. Para pembalap liar tidak berpikir panjang akan keselamatannya,
terlebih keselamatan orang lain sebagai sesama pengguna jalan.
Oleh:
Siti Lestari, Atika Ulfah
Hasna, Tumbuh Irgiani
Pelajar SMA Negeri 1 Bukateja Purbalingga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar