06 November 2009

Memaksimalkan Ide Mini


Membuat film pendek bukan berarti lebih mudah dibanding membuat film panjang, hanya lantaran perbedaan durasi. Kerap kali, membuat film pendek jauh lebih sulit. Bagaimana tidak, kita menciptakan cerita yang kemudian divisualkan dalam waktu yang relatif singkat.

Sebenarnya, letak sulitnya bukan pada soal hitungan durasi. Namun bagaimana karya kita itu mampu mengantarkan pesan pada penonton. Soal durasi, sebagai pemula, sebaiknya tidak terlalu bergantung kepadanya. Mengalirlah.

Kita akan berhitung soal durasi bila sudah menghasilkan beberapa karya film. Dari situlah kita bisa mengukur dan berpatok pada durasi. Sembari memperkuat sisi penceritaan. Sisanya, kita akan tertempa oleh kebiasaan dan pengalaman dalam berkarya.

Pada tahun-tahun awal saya berkarya, terbiasa membuat film dengan kru yang sederhana. Tiga sampai lima orang saja. Praktis, satu orang memegang lebih dari satu pekerjaan. Bahkan beberapa karya film pendek saya, saya kerjakan sendirian.

Alhasil, saya bisa mengambil gambar sekaligus menyutradarainya, demikian pula saya mengeditnya. Kondisi ini bukan untuk gagah-gagahan, karena semua masih serba sederhana. Referensi, pengalaman, jaringan, peralatan, kawan-kawan yang terlibat, dan banyak lagi lainnya.

Keuntungannya, saya jadi belajar banyak hal soal seluk-beluk proses produksi sebuah film pendek. Namun, tidak selamanya kita akan mampu mengerjakan semuanya sendirian, karena film pada dasarnya adalah karya kolektif.

Yang kerap menjadi pertanyaan kawan-kawan adalah bagaimana memulai dalam berkarya. Kemudian kebingungan berlanjut pada bagaimana prosesnya. Pertanyaan-pertanyaan ini muncul dari kawan-kawan yang sudah mempunyai landasan niat dan semangat untuk memproduksi tentunya.

Saya selalu menjawab “ide”lah awalnya. Dan bagaimana memunculkan ide, saya pikir susah untuk diperdebatkan, karena masing-masing manusia mempunyai kemampuan tersendiri dalam melahirkan ide.

Tak harus memaksa diri melahirkan ide yang “wah”. Lihat dan rasakan sekeliling kita, yang dekat dengan kita. Yang kecil, yang mini, dan sederhana. Tentunya referensi dan pengalaman hidup adalah sumber ide yang meruah. Kemudian baru ketangkasan dan kebiasaan kita dalam berkarya.

Dengan demikian, kita belajar membuat karya film pendek dengan ide mini, ide yang sederhana, namun dengan hasil yang maksimal, yang memuaskan tentunya. Memuaskan kita dan penonton film kita.


*Bowo Leksono
Disampaikan pada diskusi “Ide Mini dengan Hasil Maksi”
Parade Film Pendek Unnes 2009 l Bulan Bahasa l Semarang, 15 November 2009

Tidak ada komentar: