Pelajar SMA Karangreja
Purbalingga memenangkan special program dari Anti-Corruption Film Festival
(ACFFest) 2015 yaitu "Bikin Film Bareng KPK". Keputusan ini diumumkan
pada Sabtu malam, 13 Juni 2015 usai gelaran Roadshow ACFFest 2015 di
Purbalingga.
Pelajar yang tergabung
dalam Ekstrakulikuler Sinematografi Negeri Awan Cinemart SMA Karangreja
Purbalingga ini berhak atas dana produksi film pendek fiksi sebesar Rp 10 juta
setelah ide ceritanya dinilai yang terbaik dari belasan ide lainnya.
"Wah, ya senang
banget. Tidak menyangka, karena sebelumnya, ide kami tidak diterima lalu ada
kesempatan untuk mendapatkan golden ticket. Senang, ide cerita kami bisa
difilmkan tanpa merepoti sekolah," jelas Zandy Ivanda, pencetus ide
terbaik.
Secara singkat, ide Zandy
dan teman-temannya tentang seorang pedagang yang bertindak curang dengan cara
menambah beban pada timbangan dagangannya sehingga banyak merugikan pembeli.
Roadshow ACFFest 2015 di 10
kota di Indonesia ini membawa program baru berupa "Bikin Film Bareng
KPK", yaitu menyeleksi ide cerita dan proposal yang masuk untuk kemudian
didanai produksinya bagi yang menang di setiap kota. Bahkan di hari kedua
roadshow di Purbalingga, Minggu, 14 Juni 2015,
sempat digelar workshop singkat dari lima ide cerita terbaik di aula
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Purbalingga.
Menurut Faradila Ayu
Hapsari mewakili Management Systems International (MSI), lembaga penyelenggara
ACFFest, program ini bertujuan memberi kesempatan secara lebih luas pada
pembuat film untuk memproduksi film-film anti korupsi. "Harapannya akan
menghasilkan film-film yang baik dengan pesan antikorupsi yang kuat,"
jelasnya.
Ditunjuk sebagai supervisi
lokal yang akan mendampingi produksi film yaitu Cinema Lovers Community (CLC)
Purbalingga. CLC akan mengawal tahapan dari praproduksi hingga film siap
ditonton.
Direktur CLC Purbalingga
Bowo Leksono, mengatakan meskipun melakukan pendampingan produksi film pelajar
Purbalingga memang menjadi salah satu tugas CLC namun tetap menganggap program
ini sebuah tantangan. "Film ini nantinya harus mempunyai pesan anti
korupsi yang kuat," tegasnya.
Dalam proses produksinya,
pelajar itu akan diberi kesempatan menyelesaikan film mulai dari pra hingga
paska produksi. Bahkan saat paska produksi, mereka akan diberangkatkan ke
Jakarta bersama pembuat film dari sembilan kota lain untuk kembali diberi
worskhop editing hingga film selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar