Suwitno (45 tahun) bersama
istri dan anaknya sempat berkaca-kaca saat presenter mempersilakan mereka maju
untuk mendekat ke layar untuk menerima sekedar bingkisan dari para pelajar.
Tak banyak kata yang
terucap, selain terima kasih dan harapan agar film-film yang dibuat oleh
pelajar Purbalingga terus maju. “Ya tidak menyangka, kami yang orang tidak
punya difilmkan. Padahal tidak ada bagus-bagusnya,” ujar Suwitno.
Suwitno sekeluarga adalah
subyek dalam film dokumenter “Penderes dan Pengidep” sutradara Achmad Ulfi
produksi Papringan Pictures ekstrakulikuler sinematografi SMA Kutasari
Purbalingga. Film teranyar produksi 2014 ini sudah mulai menuai prestasi.
Malam itu, Sabtu, 14 Juni 2014,
sengaja program pemutaran film bermedium Layar Tanjleb ekskul sinema SMA
Kutasari ditempatkan di wilayah subyek film, tepatnya di pelataran warga RT 10
RW 05 Desa Candiwulan, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga.
Terpal berukuran cukup
lebar digelar sebagai alas. Ratusan warga berkumpul memadati pelataran
rumah-rumah warga dimana layar putih ditancapkan. Sebagian lainnya menonton
dari teras rumah warga.
Menurut Achmad Ulfi, yang
juga ketua ekskul sinema SMA Kutasari, mulai tahun ini memprogramkan pemutaran
film-film karya pelajar sekolahnya di luar lingkungan sekolah. “Sudah cukup
banyak karya film pendek dan dokumenter dari sekolah kami sejak tahun 2011.
Karna itu, harus dipertontonkan kepada sebanyak-banyaknya orang,” tuturnya.
Pada kesempatan itu,
diputar enam film pendek dan dokumenter karya pelajar SMA Kutasari, yaitu Kalung
Sepatu (2011) dan Bangku Untuk Remaja (2012) keduanya disutradarai oleh Dwi
Astuti, Bukan Bangku Sekolah (2012) sutradara Winda Novia Wardani, Gang
Selingkuh (2013) sutradara Wildan Aji Saputra, Air (2013) sutradara Melinda
Intan, dan Penderes dan Pengidep (2014) sutradara Achmad Ulfi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar