17 November 2013

Film Korupsi Jadi Pemantik Diskusi


Bioskop Rakyat (Biora) Cinema Lovers Community (CLC) hadir dengan format layar tanjleb. Digandeng beberapa lembaga pergerakan, pemutaran film menjadi pemantik Sarasehan Budaya bertema “Negeri Surga Dalam Pusaran Korupsi” pada Sabtu malam, 16 November 2013 di pelataran salah satu rumah pemuda Dusun Kembaran, Desa Cipawon, Bukateja, Purbalingga.

Adalah Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI), Lakpesdam NU, dan Forum Alumni PMII. Saat diskusi, diselingi pemutaran film-film pendek Purbalingga bertema korupsi seperti Purbalingga (Bukan) Sarang Koruptor, Gang Selingkuh, Kwitansi Bodong, Langka Receh, 5 Sekawan, dan Lawuh Boled.

Koordinator FPBI Umar Said mengatakan, diskusi merupakan kegiatan rutin FPBI yang mengajak para aktivis di Purbalingga dan sekitarnya dengan tema beragam. “Dengan menggandeng Cinema Lovers Community, kami ingin menjadikan film sebagai bahan diskusi,” ungkapnya.

Lebih dari 25 aktivis pergerakan dari beragam latar datang dari Purbalingga dan Banjarnegara. Mereka sudah merasa tertarik saat tiba sudah melihat bentangan layar putih berukuran 2x3 di pelataran rumah.

Korupsi tampaknya akan selalu menjadi topik menarik diskusi para aktivis pergerakan. Di Purbalingga sendiri, satu per satu kasus-kasus dugaan tindak pidana korupsi mulai terkuak. Ini berkat kesigapan aparat Kejaksaan. Terpenting bagaimana masyarakat terus mendorong dan mengawasi kerja aparat.

Menurut salah satu peserta diskusi, Hasan As’ary, tidak menyangka Purbalingga mempunyai media untuk pembelajaran politik bagi masyarakat. “Bayangkan, bila film-film pendek seperti ini diputar keliling desa akan menjadi sarana pendidikan politik yang efektif bagi masyarakat,” ujar anggota DPRD Banjarnegara dari fraksi PKB.

Sementara Direktur CLC Bowo Leksono mengatakan, CLC sendiri sudah mempunyai program layar tanjleb memutar film-film keliling desa. “Untuk film-film bertema tertentu, seperti korupsi, justru yang tidak siap adalah aparatnya. Masyarakat selalu membutuhkan dan menunggu informasi, terutama yang sifatnya lokal, yang tidak mereka dapatkan dari media massa,” pungkasnya.

Tidak ada komentar: