01 Januari 2013

Air Bersih Sudah Sampai Sekolah



Sejak awal berdirinya SMA Negeri Kutasari, Purbalingga, permasalahan utama yang tidak pernah terselesaikan adalah kebutuhan air bersih. Baru pada tahun 2011, dibawah kepemimpinan Sukirto, S.Pd., M.Si, sekolah tersebut tidak lagi kesulitan air bersih.

Sebagai daerah yang relatif tinggi, sebagian besar daerah di Kecamatan Kutasari mengalami kesulitan air bersih. Terlebih, tanah di wilayah itu berbatu yang menyulitkan warga membuat sumur untuk kebutuhan sehari-hari.

Kepala SMAN 1 Kutasari Sukirto, S.Pd., M.Si., mengatakan sebelum air bersih hadir, setiap dua pekan, sekolah harus mendatangkan satu mobil tanki milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Purbalingga. “Bila sekolah sedang sering ada kegiatan, air satu tanki mobil akan habis digunakan dalam sepekan,” ujarnya.

Karena tidak pernah berhasil dalam memenuhi kebutuhan air bersih dengan membuat sumur dan akses pipa PDAM yang belum sampai ke wilayah Kutasari, Sukirto berinisiatif mengalirkan air bersih dari sumber mata air yang ada di tempat yang lebih tinggi untuk kebutuhan sekitar 800 warga sekolah setiap harinya.

Mata Air Kali Sirah
Terpilihlah sumber mata air Kali Sirah di Desa Karangcegak. Mata air ini sudah bertahun-tahun dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari. Mata air yang tidak pernah kering meski dimusim kemarau sekalipun, sudah lama dimanfaatkan warga desa seperti Desa Kutawera, Pedukuhan, Pucangluwuk, dan Meri.

Pihak sekolah memakai tanah dan jasa Sanaji (80) yang rumahnya tak jauh dari sumber air. Sebuah bak penampungan induk dibangun di tanah belakang rumah Sanaji yang kemudian air dialirkan sepanjang 3,2 km hingga ke SMA Negeri 1 Kutasari.

Untuk sampai ke sekolah, pipa ditempatkan di sepanjang dinding sungai, saluran irigasi, serta ditanam di tanah. Ada dua titik bak penampungan lain sebelum sampai ke sekolah yang juga bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar.

Menurut Sanaji yang bertugas mengontrol bak penampungan induk, kerusakan pipa air biasanya karena banjir, tertimpa pohon, tersumbat sampah, bahkan pernah dicuri orang. “Karena itu, pipa banyak yang ditanam agar lebih aman,” ujarnya.

Sementara menurut Sukirto, dibutuhkan pipa paralon kurang lebih 800 batang dengan berbagai ukuran diameter dan setiap batangnya sepanjang 4 meter. “Pengerjaan saluran pipa paralon selama dua bulan dan menghabiskan dana Rp 42 juta dari sumbangan sukarela orang tua wali peserta didik,” ungkapnya.

Air bersih yang sudah sampai ke sekolah lebih dari cukup, tak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari warga sekolah, namun mampu untuk mengisi kolam ikan dan berbagi dengan kebutuhan warga sekitar.

Oleh: Melinda Intan, Desi Setyaningsih, dan Wildan Aji Saputra
Pelajar SMA Negeri 1 Kutasari Purbalingga

Tidak ada komentar: