Cuaca di Kota Cilacap sore
itu cukup bersahabat. Cuaca yang beberapa hari terakhir diliputi mendung dan
hujan, sore itu mampu menarik puluhan kawula muda Cilacap berbondong-bondong
mendatangi aula Politeknik Cilacap.
Senin, 26 November 2012,
gelaran 6 Tahun Festival Film Purbalingga menyambangi kota Bercahaya. Pemutaran
film-film terbaik sepanjang Festival Film Purbalingga (FFP) dan diskusi pun
digelar.
Diskusi film menghadirkan
Ketua Dewan Kesenian Cilacap Nasruddin Muddaf, Humas Setda Cilacap Anshor
Basuki, dan pembuat film pelajar Cilacap Pember Diono dan Eka dengan moderator
Sandy Riyadi.
Anshor Basuki mengatakan,
film merupakan media strategis untuk menginformasikan dan mengenal
budaya-budaya lokal. “Perkembangan perfilman di Banyumas Raya pun sudah cukup
baik. Tak terkecuali di Cilacap,” ujarnya.
Pemerintah daerah sendiri,
lanjut Anshor, pasti ada anggaran untuk kesenian. “Tinggal bagaimana
pendekatannya mengingat film merupakan aset yang sangat perlu untuk terus
dikembangkan,” ungkap birokrat yang juga sastrawan ini.
Sementara Nasruddin Muddaf
mengharapkan anak-anak muda yang masih awam tentang film dan berkeinginan
belajar film, dapat turut serta bergabung dan belajar bersama dengan komunitas
film yang sudah ada di Cilacap. “Dengan berkomunitas, maka akan timbul semangat
berkarya dan mendapatkan banyak informasi terkait film,” ujar pegiat teater
ini.
Sementara Pember Diono dan
Eka, pembuat film “Rebutan WC” yang juga turut diputar, banyak mengungkap soal
suka dan duka mereka dalam proses memproduksi film pendek. Mereka berbagi
pengalaman produksi film dengan teman-teman yang sore itu hadir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar