Gerilya Pak Dirman Film,
sebuah komunitas produksi film yang sudah tidak lagi diakui pihak SMA Rembang
Purbalingga dengan ekstrakulikuler sinematografinya, berusaha memproduksi film
secara berkelanjutan.
Mereka baru saja
memproduksi film dokumenter tentang kesenian Braen di Desa Rajawana, Kecamatan
Karangmoncol, Purbalingga. Pengambilan gambar dilakukan selama dua hari, pada
Selasa-Rabu, 17-18 Maret 2015.
"Awalnya, ekskul kami
bernama Pak Dirman Film. Setelah pihak sekolah mengganti secara sepihak
fasilitator dari CLC Purbalingga, kami yang tidak menginginkan itu mengganti
nama dengan ditambah kata gerilya di depannya," tutur Anastasya Tyas yang
dalam produksi film Braen betindak sebagai sutradara.
Braen sendiri sebuah
kesenian asli Desa Rajawana yang mempunyai kesejarahan sangat kuno. Kesenian
bernapaskan Islam ini dimainkan sekitar sembilan hingga 15. Salah satu
diantaranya sebagai Rubiyah yaitu penabuh braen (terbang berukuran besar). Saat
pentas, mereka melantunkan syair-syair barzanji diiringi tabuhan braen yang
sederhana.
Sementara syarat menjadi
Rubiyah merupakan keturunan dari Syeh Mahdum Kusen yang berkiprah sekitar
abad-17. Perempuan yang sekarang menjadi Rubiyah merupakan keturunan ke-13 dari
Syeh Mahdum Kusen yang makamnya menjadi kawasan cagar budaya di Desa Rajawana. Kesenian
yang saat ini beranggotakan perempuan-perempuan lanjut usia ini mengalami
kesulitan meregenerasi, terlebih yang berperan sebagai Rubiyah.
Menurut Raeza Raenaldi, ia
ingin belajar serius membuat film. "Saat mengetahui kondisi ekskul
sinematografi di sekolah kami, saya memutuskan untuk bergabung dengan kelompok
yang tidak direstui sekolah. Kayaknya lebih mengasikan," ujar siswa kelas
X yang bertindak sebagai kameraman ini.
Direktur CLC Purbalingga
Bowo Leksono mengatakan, meskipun secara formal sudah tidak diperkenankan
memfasilitasi siswa SMA Rembang, pihaknya tetap setia mengawal. "Kepala
sekolah baru, saat ini pun tampaknya tidak mampu berbuat apa-apa dan tampaknya
tak bisa diharapkan apapun. Karena itu, Pak Dirman Film harus berjuang secara
bergerilya dengan tidak mendapatkan fasilitas dan dana dari sekolah,"
jelasnya.
Semangat Gerilya Pak
Dirman Film berusaha terus meregenerasi dan memproduksi karya film setidaknya
untuk berperan di Kompetisi Pelajar Banyumas Raya Festival Film Purbalingga
(FFP) 2015 bulan Mei mendatang. Sementara masuk paskaproduksi, mereka
menyiapkan untuk produksi fiksi pendek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar