Awalnya, Dirman, pemuda
pencari rumput, hanya mampu mengutuk dirinya sendiri lantaran tak mampu
menyelamatkan gadis cantik yang disekap dua lelaki di tengah hutan. Dengan sebuah
sepeda, ia mengejar si gadis yang dibawa kabur dengan sepeda motor.
Untung tak dapat diraih,
malang tak dapat ditolak. Ketika sepeda Dirman mampu menyalip sepeda motor yang
membawa si gadis cantik, justru mereka jatuh saling bertubrukan. Meski terluka,
Dirman berusaha bangkit.
“Rika agep nyulik bocah wadon kiye ya? Culna! (Anda hendak menculik
anak gadis ini ya? Lepaskan!),” tantang Dirman. “Nyulik? Kiye anake nyong, anu ora waras! Ko gelem kambi anake nyong?
(Menculik? Ini anak saya, yang sakit jiwa! Kamu mau sama anak saya?),” balas
salah satu lelaki.
Demikian cuplikan adegan
film pendek “Sekuntum Anggrek Putih” yang baru saja diproduksi Sabuk Cinema
ekstrakulikuler sinematografi SMA Bukateja Purbalingga. Para pelajar itu
memproduksi selama sehari, pada Kamis, 20 Februari 2014 di Desa Pandansari,
Kecamatan Kejobong, Purbalingga.
“Skenario film pendek ini
berasal dari cerpen berjudul “Apa Aku Gila” karya Lisnaeni Panggayuh, pemenang
pertama Sayembara Cerita Muda Purbalingga (SCMP) tahun 2014 yang digelar Kelas
Menulis Purbalingga,” ujar Tito Firesta Yonara, penulis skenario sekaligus
kameraman.
Menurut Tito, ia dan
beberapa teman di Sabuk Cinema, setelah mengantongi izin dari penulis cerpen,
mencoba menuliskan kembali dalam bentuk skenario film pendek dari perspektif
mereka. “Tidak mudah memang, karena harus disesuaikan dengan visual dalam film,”
ungkap pelajar yang duduk di bangku kelas XI ini.
Sekitar dua bulan memasuki
tahap praproduksi, ekskul yang tahun lalu vakum membuat film fiksi pendek ini kembali
berproduksi. Tampaknya, mereka ingin kembali meraih sukses film pendek yang
dibuat dua tahun silam.
Menurut sutradara Dinda
Putri Hapsari, ia dan teman-temannya tidak mau berhenti berkarya. “Program
ekskul sinema ya membuat film, apapun kendalanya karna bagi kami yang penting
kerjasama dan kekompakan agar tidak bubar,” tegas siswi kelas X ini.
Sementara pembina ekskul
sinema Meinur Diana Irawati mengatakan, meskipun sekolah sudah mendukung,
keberlanjutan ekskul tetap berada pada niat dan semangat anak-anak didik. “Sekolah
itu sifatnya memfasilitasi, kami para guru hanya berusaha agar anak-anak tetap
semangat berkarya,” tutur guru pengampu pelajaran Ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar