Pemutaran Film Bioskop
Rakyat #7
Bila kita ingin mengetahui
wajah film Indonesia, tontonlah film-film pendeknya. Film-film pendek Indonesia
lahir dari tangan anak-anak muda dari banyak daerah di Indonesia. Mereka
memasukkan latar budaya dan sosial dari daerahnya masing-masing.
Program Bioskop Rakyat
(Biora) #7, Cinema Lovers Community (CLC) memutar 4 film pendek dari Palu dan
satu dari Jakarta pada Sabtu malam, 16 Februari 2013 jam 19.30 dan Minggu sore,
17 Februari 2013 jam 15.30 di markas besar CLC jalan Puring nomor 7 Purbalingga.
Film berjudul “Cuma 5
Ribu” tentang uang senilai Rp 5 ribu yang seringkali dianggap remah, namun uang
senilai itu bisa jadi sangat berharga karena nyawa pun bisa bergantung padanya.
“Anganku Tinggi ke Bawah” berkisah seorang anak lelaki yang mempunyai
angan-angan ingin sekali merasakan dan menikmati keindahan pantai di kota, serta
teman perempuannya yang menghibur untuk selalu bersyukur dengan apa yang
dinikmatinya sekarang.
Untuk film “High Heels
Pendek” bercerita tentang seorang wanita modis yang harus bertugas di daerah
pelosok. Film “Wrong Day” berkisah seorang polisi mengejar seorang preman
tengik pada hari petama dia bertugas. Tapi justru terjadi dialog di antara
mereka.
Sementara film “Suharto”
dari Jakarta tentang seorang anak bernama Parmin yang harus membayar mahal
karena dia harus kehilangan kaki kanannya. Niat Parmin sangatlah mulia, dia
hanya ingin emaknya sehat, walau dia harus menempuh jalan yang salah yaitu
dengan jalan mencuri kotak amal di mushola. Bahwa kita yang tak pernah tau
bahkan tak pernah mau tahu nasib anak-anak seperti Parmin.
Seorang penonton, Danang
Arif mengungkapkan beragamnya cerita yang ditawarkan film pendek memberi banyak
inspirasi pada kita. “Termasuk cerita yang ada pada film-film pendek dari
Palu,” ujar mahasiswa Fisipol UGM dalam dialog usai pemutaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar