18 Februari 2013

Membuat Film yang Baik, Mustahil Tanpa Sering Menontonnya



Pemutaran Film Bioskop Rakyat #7

Bila kita ingin mengetahui wajah film Indonesia, tontonlah film-film pendeknya. Film-film pendek Indonesia lahir dari tangan anak-anak muda dari banyak daerah di Indonesia. Mereka memasukkan latar budaya dan sosial dari daerahnya masing-masing.

Program Bioskop Rakyat (Biora) #7, Cinema Lovers Community (CLC) memutar 4 film pendek dari Palu dan satu dari Jakarta pada Sabtu malam, 16 Februari 2013 jam 19.30 dan Minggu sore, 17 Februari 2013 jam 15.30 di markas besar CLC jalan Puring nomor 7 Purbalingga.

Film berjudul “Cuma 5 Ribu” tentang uang senilai Rp 5 ribu yang seringkali dianggap remah, namun uang senilai itu bisa jadi sangat berharga karena nyawa pun bisa bergantung padanya. “Anganku Tinggi ke Bawah” berkisah seorang anak lelaki yang mempunyai angan-angan ingin sekali merasakan dan menikmati keindahan pantai di kota, serta teman perempuannya yang menghibur untuk selalu bersyukur dengan apa yang dinikmatinya sekarang.

Untuk film “High Heels Pendek” bercerita tentang seorang wanita modis yang harus bertugas di daerah pelosok. Film “Wrong Day” berkisah seorang polisi mengejar seorang preman tengik pada hari petama dia bertugas. Tapi justru terjadi dialog di antara mereka.

Sementara film “Suharto” dari Jakarta tentang seorang anak bernama Parmin yang harus membayar mahal karena dia harus kehilangan kaki kanannya. Niat Parmin sangatlah mulia, dia hanya ingin emaknya sehat, walau dia harus menempuh jalan yang salah yaitu dengan jalan mencuri kotak amal di mushola. Bahwa kita yang tak pernah tau bahkan tak pernah mau tahu nasib anak-anak seperti Parmin.

Seorang penonton, Danang Arif mengungkapkan beragamnya cerita yang ditawarkan film pendek memberi banyak inspirasi pada kita. “Termasuk cerita yang ada pada film-film pendek dari Palu,” ujar mahasiswa Fisipol UGM dalam dialog usai pemutaran.

Penanggung jawab Biora Asep Triyatno mengatakan pemutaran rutin setiap pekan ini untuk memberi kesempatan pada masyarakat umum utamanya pelajar yang ingin belajar membuat film. “Mustahil bila orang ingin membuat film yang baik tanpa pernah menonton film dan mendiskusikannya,” tegasnya.

Tidak ada komentar: