05 Februari 2012

7 Film Purbalingga Finalis StoS Film Fest 2012


Sebanyak 7 film pendek dokumenter dan fiksi dari Purbalingga berhasil menjadi finalis di ajang South to South (StoS) Film Festival 2012. Dengan perincian 4 film dokumenter pendek dan 3 film fiksi pendek. Untuk fiksi, seluruh sutradara adalah pelajar SMA.

Film-film tersebut adalah “X(Kali)” sutradara Ayun Endrayanto, “Dari Kolong Ibukota” sutradara Benny Benke, “Mata Buruh” sutradara Nanda Dian Sari, “Trima Hidup Apa Adanya” sutradara Bowo Leksono, “Kado Suket” sutradara Puspa Juwita, “Kalung Sepatu” sutradara Dwi Astuti, dan “Sarung” sutradara Anis Septiani.

Menurut sutradara film “Mata Buruh” Nanda Dian Sari, dirinya tidak pernah membayangkan film pertamanya masuk finalis sebuah festival film. “Saya membuat film ya karena saya ingin belajar. Dengan film, saya bisa belajar mengenal lingkungan. Subyek dalam film dokumenter saya ada di lingkungan sekitar, tentang buruh bulu mata palsu yang tidak mendapat jaminan kesehatan dengan baik,” tutur mahasiswa Fisip Unsoed Purwokerto ini.

Sementara pegiat Cinema Lovers Community (CLC) Muhammad Febrianto mengatakan dengan banyaknya film Purbalingga yang menjadi finalis menandakan banyak pula isu yang diangkat ke dalam medium film yang sesuai dengan festival ini. “StoS Film Fest memfokuskan esensi isu lingkungan, baik dikemas melalui sudut politik, sosial, budaya, dan ekonomi,” katanya.

Sejak dibuka pendaftaran festival kali keempat ini, panitia menerima 53 film pendek dokumenter dan 32 film pendek fiksi dari seluruh pembuat film di Indonesia. Sejumlah 13 film pendek dokumenter dan 7 film pendek fiksi dinyatakan lolos ke putaran final.

Seluruh film finalis berkesempatan diputar dan diapresiasi selama festival berlangsung dari 22-26 Februari 2012, di Jakarta. Dewan juri akan menetapkan film pendek dokumenter terbaik, film pendek fiksi terbaik, StoS award film pendek dokumenter pilihan penonton dan film pendek fiksi, serta dimungkinkan adanya special mention masing-masing kategori.

Menurut Programer StoS Dimas Jayasrana, penilaian terhadap film-film yang masuk dilakukan dengan tidak meninggalkan ide cerita, sudut pandang artistik, serta nilai dan norma sinematografi. “Namun di dalam proses penjurian StoS, ada satu titik penilaian yang ditekankan, yaitu sikap dasar. Artinya, film-film yang dipilih oleh juri mampu diterima dan dicerna secara logika,” ungkapnya.

Tidak hanya logika para juri, tambah Dimas, namun juga bagi masyarakat luas. Karena itu, penonton sengaja diikutsertakan sebagai penilai agar terlihat antusiasnya terhadap StoS dan pemahaman dari isi film yang ditayangkan.

Tidak ada komentar: