26 Mei 2010

Pidato Pembuka Festival Film Purbalingga 2010


Pertama, saya memohon maaf, kepada Saudara-Saudara sekalian karna hingga 4 kali penyelenggaraan festival, penonton masih belum merasa nyaman. Sumuk, namun mudah-mudahan hawa panas ini tidak menyurutkan Saudara-Saudara sekalian yang telah dan akan hadir di festival film ini.

Ketiadaan ruang berekspresi bagi kaum muda di Purbalingga khususnya menuntut kami untuk berpikir dan bertindak super kreatif. Menyesali nasib apalagi menuntut, kami pikir bukanlah tindakan bijak. Maka dari itu, lakukanlah sesuatu! Action!!

Konon kabarnya, di Purbalingga telah berdiri sebuah gedung megah di lahan eks pasar Purbalingga yang di kompleksnya terdapat bangunan amphitheatre dan entertaint centre. Konon ceritanya infrastruktur ini dibangun untuk memfasilitasi para pegiat seni di Purbalingga. Namun, entahah...

Karena pemerintah daerah yang mempunyai kewajiban untuk itu tidak pernah melibatkan kalangan seniman. Mana bisa tahu kebutuhan para seniman? Jadi, apalah guna? Semoga kita akan selalu kreatif dan melakukan sesuatu untuk masyarakat. Percayalah, suatu saat, apa yang kita citakan akan menjadi kenyataan.

Berbicara soal kreatifitas, pada tataran film, disadari Banyumas Raya banyak dibicarakan di luar sana. Namun, sadarkah kita bahwa kekurangan dan kekurangan masih menumpuk. Kekurangan inilah yang bila tidak disadari dan segera diperbaiki, akan berpengaruh pada kualitas karya.

Karya-karya film anak muda Banyumas Raya yang dalam beberapa tahun terakhir ini didominasi para pelajar SMA. Kegairahan mereka terus membuncah. Terasa aneh? Mungkin, bayangkan saja, dari puluhan pelajar yang belajar membuat film pendek, sama sekali tidak pernah melihat apalagi masuk ke gedung bioskop.

Lalu, dari mana mereka mendapatkan materi film yang baik untuk referensi? Sementara tayangan televisi menjadi konsumsi satu-satunya yang tidak terbantahkan. Seperti tidak ada kesempatan dan bahkan kemampuan untuk memilah tontonan. Semua dilahap habis.

Yang terjadi kemudian, karya-karya anak-anak pelajar ini, banyak terpengaruh dari tayangan-tayangan televisi itu. Yang dinilai serba instan, dan cenderung mengabaikan logika. Belum lagi berbicara terkait teknisnya.

Lagi-lagi dipertanyakan rasa peka pada lingkungan sekitar, yang biasanya terkait hal remeh-temeh namun tanpa disadari hal-hal semacam itu selalu menarik untuk ditangkap dan dihadirkan ke permukaan. Kekurangpekaan ini menjadi daya pengaruh besar terhadap kualitas karya.

Jelas, sekolah seperti tidak pernah mendekatkan siswanya untuk bagaimana lingkungan adalah bagian penting dalam hidup dan kehidupan. Sekolah selalu membuat siswanya pusing karena sistem memaksa mereka melakukan sesuatu yang tidak disuka.

Mengapa kita harus berpikir jauh bila banyak hal dekat bahkan di depan pelupuk mata yang menarik? Apapun, pengharapan terletak pada semangat yang timbul pada diri anak-anak muda yang bertindak cerdas, cekatan, dan tanpa kompromi.

Terima kasih pada pihak-pihak yang telah mendukung. Terima kasih pada kawan-kawan kota tetangga, Banyumas, Cilacap dan Banjarnegara. Terima kasih pada kalian pelajar SMA, karna kalian, festival ini ada. Terima kasih pada kawan-kawan luar kota, bermesra-mesraan lah kalian dengan kota kecil tercinta, Purbalingga. Terima kasih tak terhingga pada masyarakat Banyumas Raya!

Selamat Berfestival !!!

Direktur Festival
Bowo Leksono

1 komentar:

amuktadiron mengatakan...

sukses dec bos....mudah2an tahun depan untuk semua kalangan tidak hanya unyuk SMA - SMP aja.....