24 Oktober 2008

BSF #11: Berjanji untuk Bikin Film Lagi


”Saya berjanji tidak akan berhenti sampai disini. Saya akan terus membuat film,” demikian janji Wahyu SB, seorang pelajar SMA Negeri 1 Bobotsari, Purbalingga di depan penonton Bamboe Shocking Film (BSF) #11, yang digelar Sabtu, 4 Oktober 2008 silam, di Kafe Bamboe, Purbalingga.

Wahyu, sutradara yang baru pertama membuat film pendek berjudul “Musibah” bersama Nanki Nirmanto ini tampak mantap berucap tidak kapok dalam berkarya di bidang film. Pun demikian dengan Andri, sutradara yang baru pertama membuat film dokumenter pendek berjudul “BLT”.

“Saya ingin seperti temen-teman yang lain, terus dan terus membuat film. Apalagi pekerjaan saya juga berhubungan dengan dunia suting menyuting,” tegas Andri pada kesempatan diskusi seusai pemutaran.

Malam itu, gelaran BSF sekaligus sebagai ajang silaturahmi seusai Lebaran. Empat film pendek digeber untuk memenuhi hasrat anak muda Purbalingga.

Keempat film pendek itu adalah “Musibah” sutradara Wahyu SB dan Nanki Nirmanto (fiksi-Purbalingga), “BLT” sutradara Andri (dokumenter-Purbalingga),”Ngarit” sutradara Wasis S. Wardhana (fiksi-Purwokerto), dan “Tak Kenal dan Tak Sayang” sutradara Bowo Leksono (dokumenter-Purbalingga).

Film fiksi “Musibah” berkisah tentang seorang anak yatim bernama Kurim yang sedari kecil menanggung bermacam cobaan hidup. Hingga beranjak remaja, nasib baik tetap tak berpihak padanya, termasuk saat mendekati wanita.

Agak berbeda dengan film “Ngarit” yang mengisahkan perjuang seorang anak karena merasa dirinya bisa hidup berkat bantuan seorang dukun bayi, ia pun sekuat tenaga ingin membantu sang dukun itu.

Lain hal dengan dua film dokumenter berjudul “BLT” dan “Tak Kenal dan Tak Sayang” yang sarat politik. “BLT”, seperti kita ketahui, mengupas ketimpangan pembagian bantuan yang tidak tepat sasaran. Jadi tidak mudah memandang seperti apa kemiskinan di Indonesia itu.

Sementara pada “Tak Kenal dan Tak Sayang”, gambaran nyata tentang ketidakpercayaan masyarakat terhadap para pemimpin dan calon pemimpin. Buat apa memilih bila tak ada perubahan lebih baik dalam hidup. Demikian prinsip masyarakat. Jadi bagi para pemimpin; jangan harap disayang rakyat bila tak dikenal. Bolex

Tidak ada komentar: