23 Oktober 2007

Dua Film Purbalingga di European Film Festival

“Peronika” besutan sutradara Bowo Leksono dan “Metu Getih” karya Heru C. Wibowo dari Purbalingga bersama 16 film pendek Indonesia lainnya, tampil di Festival Film Eropa. Film-film tersebut diputar sebelum pemutaran film-film panjang Eropa.

Festival bertajuk “Europe on Screen 2007” (EOS 2007) ini akan berlangsung 26 Oktober hingga 2 November 2007 yang digelar di pusat-pusat kebudayaan, yaitu GoetheHaus, Erasmus Huis, Instituto Italiano di Cultura, dan Centre Culturel Francais Jakarta. Disamping hendak dikelilingkan ke tujuh kota di Indonesia, seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Banda Aceh, Medan dan Makassar.

Bagi sineas Purbalingga dan Banyumas pada umumnya, keterlibatan dua film mereka memiliki arti penting bagi perkembangan film daerah. “Satu lagi bukti bahwa film Purbalingga tak hanya diakui di tingkat lokal dan nasional, namun mampu menembus pengakuan tingkat global,” tutur Bowo Leksono yang juga Manager Program Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga.

Sesuai tema EOS 2007 yaitu keberagaman, Film “Peronika” dan “Metu Getih” mewakili karya-karya film Banyumas dengan bahasa yang khas ngapak-ngapak. Tak hanya itu, dalam kedua film yang beberapa kali menembus nominasi berbagai ajang festival film ini, sangat kental dengan nilai kebanyumasan.

Di Purbalingga sendiri, gejolak anak muda dalam memproduksi film terus berlangsung. Di bawah payung CLC, belasan komunitas film terfasilitasi. Pun di tingkatan eks-Karesidenan Banyumas yaitu melalui lembaga Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB).

Festival Film Eropa pertama kali diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1990 dan diikuti dengan festival kedua di tahun 1999. Sejak 2003, festival ini menjadi festival tahunan yang diselenggarakan lembaga-lembaga kebudayaan dan perwakilan negara-negara Eropa di Indonesia.

Penyelenggaraan EOS 2007 bertujuan meningkatkan kerjasama Indonesia-Eropa, disamping mempromosikan keberagaman (multikulturalisme), yang menjadi tema EOS tahun ini dengan menyajikan gambaran Eropa yang multikultur. Dengan EOS, diharapkan memperdalam dialog dan saling pengertian antara Indonesia dan Eropa.

Melalui karya film, Purbalingga dan Banyumas pada umumnya, akan menjadi bahan perbincangan dunia. “Kami bangga mewakili Banyumas di ajang perfilman Internasional. Dan semoga ini menjadi kebanggaan masyarakat Banyumas dimana pun berada,” ujar Bowo. Bolex

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Film Peronika bagus banget, selamat dan sukses selalu.